Montor Lanang

    Jon Koplo sungguh beruntung. Pasalnya, mahasiswa universitas markotop di Solo ini mendapat “warisan” sepeda motor dari Tom Gembus, kakaknya yang mendadak berangkat ke Batam karena mendapat kontrak kerja di sana. Koplo merasa senang bukan kepalang meski harus meneruskan membayar kredit montor lanang yang menjadi keinginannya.

Sepeninggal Gembus, Koplo mulai latihan numpak montor lanang-nya karena selama ini dia cuma bisa numpak montor wedok. Tak butuh waktu lama, Koplo sudah  menguasi montor lanang-nya. Walaupun masih belum bisa ngebut, minimal bisa mengendarai.
Keesokan harinya, Koplo dengan kemlinthi berangkat ke kampus dengan motor lanang-nya. Meski masih agak kaku, tapi gayanya wis kaya yak-yak-a kae.
Di tengah perjalanan, Koplo mampir di SPBU untuk mengisi bensin. “Mas, ful teng ya,” perintahnya kepada petugas pom bensin sambil menyiapkan uang Rp25.000, uang terakhir dari dompetnya, tanpa melihat meteran nominal berjalan.


Beberapa saat berlalu, Sudah, Mas,” kata petugas SPBU.
Berapa, Mas? tanya Koplo.
“Rp45.000, Mas”, jawab petugas sambil menunjuk angka meteran.
Bagai tersambar petir di siang bolong, Jon Koplo kaget sakpole. Ia baru menyadari bahwa kapasitas tangki montor lanang-nya berbeda jauh dibanding montor wedok.
Akhirnya Jon Koplo terpaksa ninggal KTP agar bisa pulang untuk mengambil uang kekurangannya. Haduuuh…



Diamboni Sate Madura

 

 

 

 




     Kisah nyata yang benar-benar nganyelke ini dialami oleh Lady Cempluk, warga Laweyan, Solo, waktu ber-malem minggon bersama pujaan hatinya, Jon Koplo, beberapa waktu lalu.
Layaknya anak muda zaman sekarang, mereka tak mau ketinggalan memanfaatkan malam panjang dengan berboncengan keliling Kota Solo.

Setelah berputar-putar cukup lama, perut Cempluk pun merasa keroncongan. Namun dasar Cempluk, sebagai perempuan yang mempunyai sifat pemalu, ia merasa jaim kalau harus nembung minta dijajakke. Cempluk hanya berharap, cowoknya ini pengertian.

Hati Cempluk merasa sumringah ketika tiba-tiba saja Koplo meminggirkan motornya ke arah warung sate Madura di daerah Sondakan. Mak ciiittt…! Motor pun merapat ke warung.
Tiba-tiba Koplo membuka helmnya. “Sik Yang, tak ngukur sirah sik. Ket mau kok guatele ora umum. Mbuh heleme sing reget apa sirahku sing ana tumane…” kata Koplo sambil kukur-kukur sirah.

Setelah rasa gatalnya berkurang, Koplo pun memakai helmnya lagi dan melanjutkan perjalanan mengantar Cempluk pulang. Dengan perasaan geli-geli kecewa, Cempluk hanya bisa menelan ludahnya,
Lucunya, sejak diamboni sate itulah sampai sekarang, Cempluk masih belum mau mengutarakan isi hatinya. Ia hanya berharap sang pacar membaca tulisan ini. Ealaaah…

sumber:salopos.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...